Selasa, 07 Mei 2013

Ikan Patin

Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.

Ikan Lele

Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.

Lele, secara ilmiah terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia), ikan 'keli' untuk lele yang tidak berpatil sedangkan disebut 'penang' untuk yang memiliki patil (Kalimantan Timur).
Di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka), dan 鲇形目 (Tiongkok). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air.

Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang kadang-kadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Ada yang mengatakan,bahwa patil ini tidak hanya tajam tapi juga beracun dan mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkena patil tersebut.

Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.
Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami umumnya,namun ada beberapa jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih dari 2 kg,contohnya lele Wels dari Amerika.

Lele dumbo
Banyak jenis lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang. Sebagian jenis lele telah dibiakkan orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi liar di alam. Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya lele jumbo adalah jenis asing yang didatangkan (diintroduksi) dari Afrika.
Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya.
Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk.

Ikan Bawal


Dilihat asal usulnya, bawal bukanlah ikan asli Indonesia, tetapi berasal dari negeri Samba, Brazil. Ikan ini dibawa ke Indonesia oleh para importir ikan hias dari Singapura dan Brazil pada tahun 1980. Selain ke Indonesia, ikan bawal pun sudah tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia. Di setiap negara, ikan ini mempunyai nama yang berlainan. Di Indonesia ikan ini disebut bawal karena mirip dengan bawal laut; di Amerika dan Inggris disebut red bally pacu karena bagian perutnya berwarna kemerahan; di Peru disebut gamitama; dan di Venezuela disebutcachama. Di negara asalnya, ikan ini disebuttambaqui. Adapun nama ilmiahnya adalah Colossoma macropomum.
Meskipun kedudukan ikan bawal belum bisa disejajarkan dengan ikan-ikan konsumsi lainnya, tetapi kehadirannya memiliki arti tersendiri, terutama dalam memperkaya khasanah ikan budidaya di Indonesia. Bila telah populer, tidak menutup kemungkinan ikan bawal dapat mengalahkan kedudukan ikan-ikan lainnya.
Selain pertumbuhannya cepat, kelebihan lain ikan bawal adalah cara memeliharanya yang tidak rumit. Ikan ini dapat dipelihara di kolam dengan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Bawal yang dipelihara dalam kolam pendederan dan pembesaran kelangsungan hidupnya dapat mencapai 90 %. Persentase tersebut Iebih tinggi dibandingkan ikan nila dan ikan mas yang kelangsungan hidupnya paling tinggi 80 %. Selain itu, bawal dapat dipelihara dalam kepadatan tinggi. Walau cara memelihara bawal mudah, tetapi jangan sekali-kali dipelihara di jaring terapung karena ikan ini dapat merobek-robek jaring dan kabur lewat jarring yang robek tersebut.
.Morfologi dan Biologi
Seorang ahli perikanan bernama Bryner mengemukakan silsilah  (sistematika) ikan bawal air tawar sebagai berikut :
Filum          : Chordata
Subfilum     : Craniata
Kelas           : Pisces
Subkelas     : Neoptergii
Ordo           : Cypriniformes
Subordo      : Cyprinoidea
Famili          : Characidae
Genus         : Colossoma
Spesies        :Colossoma macropomum
Ketika silsilah ikan bawal sudah diketahui, hal kedua yang perlu diketahui adalah morfologi (bagian luar tubuh). Dari arah samping, tubuh bawal tampak
membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Bila
dipotong secara vertikal, bawal memiliki bentuk tubuh pipih(compresed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh  seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan  lele atau gross carp. Tetapi lambat seperti ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, di mana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian hawah berwarna putih. Pada bawal dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan dri khusus bawal sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red bally pacu.
Dibanding dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi seri yang tajam. Bawal memiliki 5 buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil dengan sehuah jari-jari agak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari- jari lainnya lemah. Berbeda dengan sirip punggung bawal laut yang agak panjang, letak sirip ini pada bawal air tawar agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut, dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lemah, tetapi berbentuk cagak.
Sama seperti ikan lain, bawal pun menghendaki lingkungan yang baik dan sesuai untuk hidupnya. Untuk mengetahuinya, dilakukan pengamatan di habitat aslinya. Di Brasil, bawal banyak ditemukan di sungai Amazon dan sering juga ditemukan di sungai Orinoco, Venezuela. Hidupnya bergerombol di daerah yang aliran sungainya deras tetapi ditemukan pula di daerah yang airnya tenang, terutama saat benih. Untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi bawal ada banyak hal yang hams diperhatikan, terutama dalam memilih lahan usaha, di antaranya ketinggian tempat, jenis tanah, dan air.

Ikan nila hitam


Ikan Nila Hitam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies Oreochromis niloticus bleeker. Ikan Nila Hitam berasal dari sungai Nil di Uganda, pertama kali di impor dari Taiwan ke Indonesia tahun 1969 dan dikembangkan di danau. Tondano Sulawesi Utara yang selanjutnya menyebar ke seluruh Indonesia.

Ikan Nila Hitam merupakan jenis ikan air tawar yang mudah dikembangbiakan dan memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan maupun kemudahan pemeliharaannya. Karena memiliki berbagai kelebihan dibanding jenis ikan lainnya, menjadikan Ikan Nila Hitam mudah sekali diterima masyarakat.

Selain kelebihan seperti disebutkan di atas, Ikan Nila Hitam relatif tahan dari serangan penyakit serta Ikan Nila Hitam termasuk hewan pemakan segala (Omnivora).

Senin, 06 Mei 2013

Ikan Nila Merah

 
Ikan nila merah merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dimasukkan ke dalam salah satu komoditas ekspor dari Indonesia.

Beberapa negara pengimpor ikan nila merah ini adalah Amerika Serikat, Arab Saudi serta Kuwait.

Ikan ini banyak diminati oleh banyak produsen maupun konsumen ikan dikarenakan mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya adalah dapat dibudidayakan diberbagai jenis air, kemampuannya dalam hal beradaptasi dengan lingkungan hidup yang baru sangat baik.

Selain itu ikan nila merah mempunyai tingkat daya tahan yang tinggi terhadap berbagai macam perubahan yang terjadi disekitar lingkungan hidupnya dan termasuk ikan pemakan segala yang mempunyai sistem pencernaannya sangat efisien.

Kelebihan lainnya adalah laju pertumbuhannya termasuk cepat, daging yang terdapat disisi tubuhnya sangat tebal dan tekstur daging dan rasanya mirip dengan ikan kakap.

Ikan nila merah hanya bisa dipijahkan didalam media berair tawar. Namun begitu, jika hendak memelihara ikan nila merah ini didalam tambak yang berair payau, peternak dapat melakukannya dengan cara menggunakan benih yang berasal dari air tawar.

Benih yang akan ditebar harus sudah mempunyai bobot sebesar 20 – 30 gram per ekor dan sudah diadaptasikan dengan lingkungan tambak yang airnya mempunyai kadar garam terlarut dalam air (salinitas) sebesar 20 – 29 per mil selama kurang lebih 3 minggu lamanya.

Pada awalnya, benih dipelihara didalam sebuah bak berair tawar dengan tingkat kepadatan tebar sebesar 100 – 200 ekor per m2. Peningkatan kadar garam terlarut dalam air (salinitas) bak ini dilakukan secara bertahap dengan perubahan tidak lebih dari 2 – 3 per mil per hari.

Proses ini dapat dilakukan dengan cara membuang sebagian kecil (sedikit demi sedikit) air yang berada didalam bak, untuk kemudian digantikan dengan air laut hingga volume air didalam bak kembali utuh.

Prosentase penambahan kadar garam terlarut dalam air (salinitas) juga harus memperhatikan tingkat kesehatan ikan. Pada akhirnya, jika nilai kadar garam terlarut dalam air (salinitas) sudah sesuai dengan syarat hidup ikan nila merah, maka proses pengadaptasian dapat dihentikan.

Benih yang akan dipelihara selama masa pembesaran haruslah mempunyai panjang awal tubuh sebesar 3 – 5 cm dan berkelamin sama, yaitu jantan dikarenakan benih ikan nila merah berkelamin jantan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih cepat daripada benih ikan nila merah berkelamin betina.

Dengan panjang awal tubuh sebesar 3 – 5 cm, ikan nila merah dapat tumbuh menjadi seberat 250 gram per ekor dalam kurun waktu 4 – 6 bulan. Sedangkan dengan panjang awal tubuh sebesar 8 – 12 cm, ikan nila merah dapat tumbuh menjadi seberat 500 - 600 gram per ekor dalam kurun waktu 4 – 6 bulan.

Selama berada didalam masa pembesaran, ikan nila merah dengan bobot 20 – 30 gram dapat dipelihara didalam tambak dengan tingkat kepadatan tebar sebesar 20 – 30 ekor per m2.

Sedangkan untuk benih berukuran 12 – 15 cm, tingkat kepadatan tebar yang dapat digunakan adalah sebesar 15 ekor per m2. Suhu air didalam tambak harus dijaga supaya stabil dikisaran 25 – 29 derajat C, dengan nilai derajat keasaman (pH) sebesar 7 – 8.

Tingkat kepadatan tebar harus disesuaikan dengan ukuran ikan nila merah karena semakin besar ukurannya, maka tingkat kepadatan tebarnya juga harus semakin rendah.

Untuk memacu laju pertumbuhan ikan nila merah supaya lebih cepat, ikan nila merah dengan berat kurang dari 50 gram dapat diberikan pakan tambahan berupa pelet dengan diameter 2 mm dan berkadar protein sebesar 27 %. Untuk ikan nila merah dengan berat sebesar 50- 800 gram, pellet yang diberikan harus berdiameter 3 mm dan berkadar protein sebesar 26 %.

Untuk mendapatkan ikan nila merah dengan bobot sesuai kriteria panen (800 gram) dari berat awal badan sebesar 20 – 30 gram, diperlukan masa pemeliharaan selama 6 – 8 bulan. Namun, jika ukuran yang akan dicapai adalah sebesar 300 – 400 gram, masa pemeliharaan yang diperlukan adalah sebesar 4 – 6 bulan saja.